Senin, 02 September 2019

Tugas 12 Tahapan Penanggulangan Disiplin Kelas


Tahapan Penanggulangan Disiplin Kelas
A.                Tindakan Preventif (Pencegahan)
Menurut Rachman (1997) Tindakan preventif (pencegahan) adalah tindakan yang dilakukan sebelum munculnya tingkah laku yang menyimpang yang mengganggu kondisi optimal berlangsungnya pembelajaran. Upaya ini dilakukan dengan pemberian pengaruh yang positif terhadap individu serta dengan menciptakan suasana lingkungan sekolah, termasuk pengajaran yang menyenangkan.
Keberhasilan dalam tindakan preventiF (pencegahan) merupakan salah satu indikator keberhasilan manajemen kelas. Konsekuensinya adalah guru dalam menentukan langkah-langkah manajemen kelas harus melakukan langkah-langkah yang efektif dan efisien untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Menurut  Rachman (dalam Tim Dosen Administrasi Pendidikan, 2012: 119) mengemukakan langkah-langkah Tindakan Preventif (pencegahannya) sebagai berikut:
1.      Peningkatan kesadaran diri sebagai guru
Sikap guru terhadap kegiatan profesinya akan banyak mempengaruhi terciptanya kondisi belajar mengajar atau menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya belajar.
Oleh karena itu, langkah utama dan pertama yang strategis dan mendasar dalam kegiatan pengelolaan kelas adalah "Peningkatan kesadaran diri sebagai guru.” Apabila seorang guru sadar akan profesinya sebagai guru pada gilirannya akan meningkatkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki yang merupakan modal dasar bagi guru dalam melaksanakan tugasnya.
Implikasi adanya kesadaran diri sebagai guru akan tampak dalam sikap guru yang demokratis tidak otoriter, menunjukan kepribadian yang stabil, harmonis serta berwibawa. Sikap demikian pada akhirnya akan menumbuhkan atau menghasilkan reaksi serta respon yang positif dari siswa sekolah dasar.
2.      Peningkatan kesadaran siswa
Meningkatkan kesadaran diri sebagai guru tidak akan ada artinya tanpa diikuti meningkatnya kesadaran siswa sebab apabila siswa tidak atau kurang memiliki kesadaran terhadap dirinya tidak akan terjadi interaksi yang positif dengan guru dalam setiap kegiatan belajar mengajar. Pada akhimya dapat mengganggu kondisi optimal dalam rangka belajar mengajar. Kurangnya kesadaran siswa terhadap dirinya ditandai dengan sikap yang mudah marah, mudah tersinggung, mudah kecewa, dan sikap tersebut akan memungkinkan siswa melakukan tindakan-tindakan yang kurang terpuji.
Untuk menanggulangi atau mencegah munculnya sikap negatif tersebut guru harus berupaya meningkatkan kesadaran siswa melalui tindakan sebagai berikut:
a.       Memberitahukan kepada siswa tentang hak dan kewajiban siswa sebagai anggota kelas.
b.      Memperhatikan kebutuhan dan keinginan siswa.
c.       Menciptakan suasana adanya saling pengertian yang baik antara guru dan siswa.
3.      Sikap Polos dan Tulus dari Guru
Guru dituntut untuk bersikap polos dan tulus, artinya guru dalam tindakan dan sikap keseharian selalu "Apa adanya" tidak berpura-pura. Guru dengan sikap dan kepribadiannya sangat mempengaruhi lingkungan belajar, karena tingkah laku, cara menyikapi, dan tindakan guru merupakan stimulus yang akan direspon dan diberikan reaksi oleh para peserta didik. Kalau stimulus itu positif maka respon yang diberikan juga akan positif. Sebaliknya jika stimulus yang diberikan negatif maka respon yang diberikan adalah negatif.
Sikap hangat, terbuka, mau mendengarkan harapan dan atau keluhan para siswa, akrab dengan guru akan memungkinkan terjadinya interaksi dan komunikasi wajar antara guru dan peserta didik. Tindakan dan sikap demikian akan memberikan rangsangan positif bagi siswa, khususnya siswa sekolah dasar dan siswa akan memberikan respon atau reaksi positif. Penciptaan suasana sosioemosional di dalam kelas akan banyak dipengaruhi oleh polos tidaknya dan tulus tidaknya sikap guru yang pada gilirannya akan berpengaruh penciptaan kondisi lingkungan yang optimal dalam rangka proses belajar mengajar.
4.      Mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan
Langkah ini mengharuskan guru agar mampu:
a.       Mengidentifikasi berbagai penyimpangan tingkah laku siswa yang bersifat individual atau kelompok. Termasuk di dalamnya penyimpangan yang sengaja dilakukan siswa sekolah dasar yang tujuannya hanya sekedar untuk menarik perhatian guru atau teman-temannya.
b.      Mengenal berbagai pendekatan dan pengelolaan kelas dan menggunakan sesuai dengan situasi atau menggantinya dengan pendekatan lain yang telah dipilihnya apabila pilihan pertama mengalami kegagalan.
c.       Mempelajari pengalaman guru-guru lainnya baik yang gagal atau berhasil sehingga dirinya mempunyai alternatif yang bervariasi dalam berbagai problem pengelolaan manajemen kelas di sekolah dasar.
5.      Menciptakan "kontrak sosial”
Kontrak sosial pada dasarnya berkaitan dengan "Standar tingkah laku" yang diharapkan dan memberikan gambaran tentang fasilitas beserta keterbatasannya untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan sekolah. Dengan kata lain "Standar tingkah laku yang memadai dalam situasi khusus".
Suatu persetujuan umum tentang bagaimana sesuatu dibuat, tindakan sehari-hari yang bagaimana yang diperbolehkan. Standar tingkah laku ini tidak membatasi kebebasan siswa akan tetapi merupakan tindakan pengarahan ke arah tingkah laku yang memadai atau yang diharapkan dalam beberapa situasi.
Standar tingkah laku harus melalui "Kontrak sosial" dengan siswa. Dalam arti bahwa aturan yang berkaitan dengan nilai atau norma yang turun dari atasan (guru/sekolah) tidak timbul dari bawah akan mengakibatkan aturan tersebut kurang dihormati atau ditaati, sehingga perumusannya perlu dibicarakan atau disetujui bersama oleh guru dan siswa.
Yang dilakukan dalam usaha preventif (Pencegahan) di lingkungan sekolah antara lain:
1.      Memberikan bimbingan
2.      Mengadakan hubungan baik dengan orangtua murid dengan sekolah sehingga ada saling pengertian
3.      Memberikan motivasi belajar pada siswa
4.      Mengadakan pengajawan ekstrakurikuler
5.      Memantau perkembangan anak
Contohnya:
1.      Guru menasihati murid agar tidak terlambat datang ke sekolah.
2.      Tindakan orang tua membatasi anaknya yang di bawah umur dalam menggunakan gadget, merupakan tindakan preventif agar si anak tidak kecanduan bermain gadget.
    B.     Tindakan Kuratif (Penyembuhan)
Tindakan kuratif (penyembuhan) adalah tindakan yang diambil setelah terjadinya tindak penyimpangan sosial. Tindakan ini ditujukan untuk memberikan penyadaran kepada para pelaku penyimpangan agar dapat menyadari kesalahannya dan serta mampu memperbaiki kehidupannya, sehingga di kemudian hari tidak lagi mengulangi kesalahannya.
Dalam kegiatan memanajemen kelas, pelanggaran yang sudah terlanjur dilakukan peserta didik atau sejumlah peserta didik perlu ditanggulangi dengan tindakan penyembuhan baik secara individual maupun secara kelompok.
Menurut Johar Permana (dalam Abdul Majid 2013:122) mengemukakan ada 5 langkah-langkah kegiatan Tindakan Penyembuhan (Kuratif) yaitu sebagai berikut:
1.      Mengidentifikasi masalah
Pada langkah pertama ini guru melakukan kegiatan untuk mengenal atau mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam kelas. Dari masalah-masalah tersebut guru harus dapat mengidentifikasi jenis-jenis penyimpangan sekaligus mengetahui siswa yang melakukan penyimpangan tersebut.
2.      Menganalisa masalah
Pada langkah kedua ini, kegiatan guru adalah berusaha untuk menganalisa penyimpangan tersebut dan menyimpulkan latar belakang dan sumber dari pada penyimpangan itu. Setelah diketahui sumber penyimpangan guru kemudian melanjutkan usahanya untuk menentukan alternatif-alternati penanggulangan atau penyembuhan penyimpangan tersebut.
3.      Menilai alternatif-alternatif pemecahan, menilai dan melaksanakan salah satu alternatif pemecahan
Pada langkah ketiga ini, kegiatan yang dilakukan adalah memilih alternatif berdasarkan sejumlah alternatif pemecahan masalah yang telah disusun. Artinya alternatif mana yang paling tepat untuk menanggulangi penyimpangan tersebut.
4.      Melaksanakan alternatif yang telah ditetapkan
Setelah ditetapkan alternatif yang tepat maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan alternatif tersebut.
5.      Mendapatkan balikan dari hasil pelaksanaan alternatif pemecahan masalah yang dimaksud.
Langkah ini didahului dengan langkah monitoring yaitu kegiatan untuk mendapatkan data yang merupakan balikan untuk menilai apakah pelaksanaan dari alternatif pemecahan yang dipilih telah mencapai sasaran sesuai dengan yang direncanakan atau bahkan terjadi perkembangan baru yang lebih baik, semua ini merupakan dasar untuk melakukan perbaikan program.
Kegiatan kilas balik seperti itu dapat dilakukan dengan mengadakan pertemuan dengan peserta didik. Dengan pertemuan tersebut perlu dijelaskan tujuan peetemuan dan manfaat pertemuan. Manfaat pertemuan perlu dijelaaskan karena untuk memberikan kesadaran pada peserta didik bahwa pertemuan yang dilakukan diusahakan dengan penuh ketulusan, semata- mata untuk perbaikan, baik untuk peserta didik maupun sekolah.
Selain itu perlu disikapi pengendalian perilaku guru dalam pertemuan tersebut. Tunjukkan kepada peserta didik bahwa guru bukan orang yang sempurna atau tidak bebas dari kekurangan dan kelemahan. Sehingga antara peserta didik diperoleh kesadaran untuk bersama-sama belajar saling memperbaiki dan saling mengingatkan, yang semuanya itu untuk kepentingan bersama. Informasi yang diperoleh dari balikan ini merupakan bahan yang sangat berguna untuk menilai program, dan akhirnya merupakan dasar melakukan perbaikan program.
Menurut Ahmad Rohani (2010:162) mengemukakan langkah-langkah implementasi yang dapat dilakukan dalam tindakan penyembuhan (Kuratif) sebagai berikut:
1.      Mengidentifikasi peserta didik yang mendapat kesulitan untuk menerima dan mengikuti tata tertib atau menerima konsekuensi dan pelanggaran yang dibuatnya
2.      Membuat rencana yang diperkirakan paling tepat tentang langkah-langkah yang akan ditempuh dalam mengadakan kontrak dengan peserta didik.
3.      Menetapkan waktu pertemuan dengan peserta didik tersebut yang disetujui bersama oleh guru dan peserta didik yang bersangkutan
4.      Bila saatnya pertemuan dengan peserta didik jelaskanlah maksud diperoleh baik oleh peserta didik maupun oleh sekolah
5.      Tunjukkanlah kepada peserta didik bahwa guru pun bukan orang yang sempurna dan tidak bebas dari kekurangan dan kelemahan dalam berbagai hal. Akan tetapi yang penting antara guru dan peserta didik harus ada kesadaran untuk bersama-sama belajar saling memperbaiki diri, saling mengingatkan bagi kepentingan bersama.
6.      Bila pertemuan yang diadakan dan ternyata peserta didik responsif maka guru bisa mengajak peserta didik untuk melaksankan diskusi tentang masalah yang dihadapinya
7.      Pertemuan guru dan peserta didik harus sampai kepada pemecahan masalah dan sampai kepada “kontak individual” yang diterima peserta didik dalam rangka memperbaiki tingkah laku peserta didik tentang pelanggaran yang dibuatnya
8.      Melakukan kegiatan tindak lanjut.
Contoh kasus tindakan kuratif beserta penyelesainnya:
a.       Seorang guru menegur dan menasihati siswanya karena ketahuan menyontek pada saat ulangan bertujuan untuk memberi penyadaran kepada perilaku dan memberi efek jera.
b.      Suka penyelewengan waktu belajar untuk kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat, seperti, omong kosong sambil merokok. Akibat konsentrasi pikirannya menjadi lemah karena kurang tidur atau istirahat, suka melamunkan impian-impian kosong, kecanduan dan sebagainya. Tindak preventif adalah menjaga keharmonisan hubungan antar sivitas akademika dengan melibatkannya dalam kesibukan-kesibukan kecil sampai kesibukan besar yang menghasilkan sukses, sehingga tidak menimbulkan rasa patah semangat atau kebencian-kebencian kepada tugas-tugas, khususnya tugas-tugas akademik. Secara tindak kuratif atau harus dilakukan penyembuhan terhadap pelaku.
c.       Suka membolos atau meninggalkan pelajaran mengakibatkan siswa ketinggalan pelajaran, atau kehilangan bagian penting dari pelajaran, lebih-lebih bila pelajaran itu bersifat prerekuisit (misalnya matematika), maka kerugian-kerugian itu akan semakin menjadi "momok" dari studinya.
1.      Secara preventif
Dianjurkan kepada para guru agar meningkatkan profesionalitasnya dalam PBM sehingga pengajaran lebih menarik minat belajar siswa, baik secara metodologis maupun karena penggunaan multimedia serta alat peraga yang populer dan inovatif-kreatif. Sesungguhnya bila PBM semakin menarik, kecenderungan untuk membolos semakin kecil. Sebaliknya PBM yang membosankan meningkatkan hasrat membolos bagi para siswa.
2.      Secara Kuratif
a.       Dianjurkan kepada guru agar dapat melakukan deteksi sedini mungkin terhadap kebiasaan membolos para siswanya, dengan melakukan pendekatan edukatif kepada para pembolos serta meningkatkan disiplin pengajarannya, disertai introspeksi dan retrospeksi terhadap cara pengajaran masing-masing.
b.      Diskusi dengan guru-guru mata pelajaran sejenis serta guru-guru senior pakar sangat diperlukan. Jangan hanya melakukan tindakan sepihak dengan melemparkan kesalahan kepada siswa selalu, mungkin sistem instruksional guna sendiri yang perlu direvisi dan ditingkatkan.
c.       Strategi pembuatan soal tes serta sistem evaluasinya perlu ditinjau kembali.
d.      Dekatilah siswa-siswa Anda agar dapat mengungkapkan problema-problema yang perlu dipecahkan, yang merupakan kendala belajar/PBM
e.       Bersikap angkuh atau menakutkan atau bersikap "angker" di hadapan siswa bukanlah merupakan sikap guru yang ideal. Tindak bijaksana secara edukatif perlu dipelihara demi menciptakan iklim sosioemosional yang positif, dan tindakan ini bukan merupakan tindak yang menurunkan wibawa guru


















DAFTAR RUJUKAN

Abdul, Majid. 2013. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Ahmad, Rohani. 2010. Pengelolaan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Rachman, Maman. 1997. Manajemen Kelas. Semarang: Depdikbud Ditjen Dikti.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan. 2012. Manajemen pendidikan. Bandung: Alfabeta




13 komentar: