Komponen-Komponen Keterampilan Mengelola Kelas
A.
Pengertian
Komponen Keterampilan Mengelola Kelas
(Depdikbud, 1985) keterampilan mengelola kelas adalah
keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang
optimal, dan keterampilan untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal,
apabila terdapat gangguan dalam proses belajar baik yang bersifat gangguan
kecil dan sementara maupun gangguan yang berkelanjutan.
Menurut (Majid, 2014) pengelolaan kelas adalah
keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal
dan mengembalikannya jika terjadi gangguan dalam proses belajar
mengajar.Menurut (Mulyasa, 2013) pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru
untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika
terjadi gangguan dalam pembelajaran.
Berdasarkan
pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan mengelola kelas
merupakan keterampilan yang digunakan oleh seorang guru dalam proses
pembelajaran guna untuk mengkondisikan belajar siswa dengan harapan supaya
terjadi suatu kondisi kelas yang kondusif, memaksimalkan sarana dan prasarana,
menjaga keterlibatan siswa, menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang
optimal dan rasa nyaman dalam proses belajar mengajar. Maka dalam melaksanakan
keterampilan mengelola kelas, perlu memperhatikan komponen keterampilan yang
berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal.
Hal ini berkaitan dengan kemampuan seorang guru dalam mengambil inisiatif dan
mengendalikan pelajaran.
B.
Macam-Macam
Komponen Manajemen Kelas
1. Keterampilan yang Berhubungan dengan Penciptaan dan Pemeliharaan Kondisi
Belajar yang Optimal.
Keterampilan
ini berhubungan dengan kompetensi guru dalam mengambil inisiatif dan
mengendalikan pelajaran, yaitu :
a.
Singkap Tanggap, dapat dilakukan dengan cara :
1) Memandang
secara seksama.
2) Gerak
mendekati.
3) Memberi
pernyataan.
4) Memberi
reaksi terhadap gangguan dan kekacauan.
b.
Membagi Perhatian, dapat dilakukan dengan cara :
1) Visual, guru
dapat mengubah pandangannya dalam memperhatikan kegiatan pembelajaran.
2) Verbal, guru
dapat memberi komentar, penjelasan, pertanyaan dan sebagainya terhadap
aktivitas anak didik sementara ia memimpin aktivitas anak didik.
c.
Pemusatan Perhatian Kelompok, dapat dilakukan dengan
cara :
1) Memberi
tanda, dengan cara menciptakan atau membuat situasi tentang suatu objek sebelum
diperkenalkan kepada siswa.
2) Pengarahan
dan Petunjuk yang jelas.
3) Penghentian,
guru dapat menanggulangi terhadap anak didik yang nyata-nyata melanggar dan
mengganggu untuk aktif dalam kegiatan di kelas.
2. Keterampilan yang Berhubungan dengan Pengembangan Kondisi Belajar yang
Optimal.
Keterampilan
ini berkaitan dengan tanggapan guru terhadap gangguan anak didik yang
berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remidial untuk
mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Apabila terdapat anak didik yang
menimbilkan gangguan yang berulang-ulang meskipun guru telah menggunakan
tingkah laku dan tanggapan yang sesuai. Hal ini dapat dilakukan dengan cara :
a. Modifikasi
Tingkah Laku.
b. Pendekatan
Pemecahan Masalah Kelompok.
c. Menemukan
daan Memecahkan Tingkah Laku yang Menimbulkan Masalah.
3. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas
“Secara umum
faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas dibagi menjadi dua golongan yaitu,
faktor intern dan faktor ekstern siswa.” (Djamarah 2006:184). Faktor intern
siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian
siswa denga ciri-ciri khasnya masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari
siswa lainnya sacara individual. Perbedaan sacara individual ini dilihat dari
segi aspek yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis.
Faktor
ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan
siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan sebagainya. Masalah jumlah siswa
di kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah siswa di kelas,
misalnya dua puluh orang ke atas akan cenderung lebih mudah terjadi konflik.
Sebaliknya semakin sedikit jumlah siswa di kelas cenderung lebih kecil terjadi
konflik.
Djamarah
(2006:185) menyebutkan “Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam
pengelolaan kelas dapat dipergunakan.” Prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang dikemukakan
oleh Djamarah adalah sebagai berikut:
a.
Hangat dan Antusias
Hangat dan
Antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab
pada anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada
aktifitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
b.
Tantangan
Penggunaan
kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang akan
meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan
munculnya tingkah laku yang menyimpang.
c.
Bervariasi
Penggunaan
alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik
akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian siswa.
d.
Keluwesan
Keluwesan
tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan
munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.
e.
Penekanan pada Hal-Hal yang
Positif
Pada
dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang
positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang negatif.
f.
Penanaman Disiplin Diri
Tujuan akhir
dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan dislipin diri
sendiri dan guru hendaknya menjadi teladan mengendalikan diri dan pelaksanaan
tanggung jawab.
C.
Permasalahan
Dalam Komponen Manajemen Kelas
Menurut lalu Muhammad Azhar (1993:90)
Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas yakni yang bersifat perorangan dan yang
bersifat kelompok.
1.
Masalah Perorangan
Jika seorang (individu) gagal mengembangkan rasa memiliki dan
rasa harga dirinya maka ia akan bertingkah laku menyimpang. Penyimpangan yang
biasanya terjadi di kelas ada 4 macam yakni mencari kekuasaan, menuntut balas,
menarik perhatian dan memperlihatkan ketidakmampuan. Teknik sederhana untuk
mengenali adanya masalah-masalah perorangan adalah sebagai berikut.
a. Jika Guru merasa terganggu atau bosan dengan tingkah laku
seseorang siswa, pertanda siswa tersebut mengalami masalah ‘mencari perhatian.
b. Jika guru merasa terancam atau merasa dikalahkan, merupakan
pertanda bahwa siswa yang bersangkutan mengalami masalah 'mencari kekuasaan.
c. Jika guru merasa disakiti (bahkan amat disakiti), merupakan
pertanda bahwa siswa yang bersangkutan mengalami masalah ‘menuntut balas'.
d. Jika guru merasa telah 'tidak mampu menolong lagi,' pertanda
bahwa siswa yang bersangkutan mengalami masalah "ketidakmampuan".
2.
Masalah Kelompok.
Ada 7 masalah kelompok dalam hubungannya dengan pengelolaan
kelas, yakni:
a. Kekurang kompakan; yang ditandai dengan adanya konflik antara
anggota kelompok.
b. Kekurang mampuan mengikuti aturan kelompok
c. Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok; ditandai
dengan reaksi/ekspresi kasar terhadap anggota yang tidak diterima
d. Penerimaan kelas (kelompok) atas tingkah laku yang menyimpang
terjadi apabila kelompok itu mendorong/mendukung timbulnya hal-hal yang
menyimpang dari norma sosial pada umumnya.
e. Ketergangguan kelompok/anggota kelompok atas kegiatannya
hanya karena hal-hal kecil yang sebenarnya tidak berarti, lalu berhenti
melakukan kegiatannya.
f. Ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, tingkah laku agresisif
atau protes, baik hal ini secara terbuka ataupun terselubung.
Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan: yang
terjadi apabila kelompok bereaksi tidak wajar apabila terjadi perubahan baru
(misalnya pergantian anggota kelompok, pergantian guru, dan lain-lain).
Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel membedakan empat kelompok
masalah pengelolaan kelas individual yang didasarkan asumsi bahwa semua tingkah
laku individu merupakan upaya pencapaian tujuan pemenuhan keputusan untuk
diterima kelompok dan kebutuhan untuk mencapai harga diri. Bila
kebutuhan-kebutuhan ini tidak lagi dapat dipenuhi melalui cara-cara yang lumrah
dapat diterima masyarakat, dalam hal ini masyarakat kelas, maka individu yang
bersangkutan akan berusaha mencapainya dengan cara-cara lain. Dengan perkataan
lain dia akan berbuat "tidak baik". Perbuatan-perbuatan untuk
mencapai tujuan dengan cara yang asosial inilah digolongkan sebagai
berikut.
a. Tingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain
(attention getting behaviors). Misalnya membadut di kelas (aktif), atau dengan
berbuat serba lamban sehingga perlu mendapat pertolongan ekstra (pasif)
b. Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan (power seeking
behaviors). Misalnya selalu mendebat atau kehilangan kendali emosional -
marah-marah, menangis (aktif), atau selalu "lupa" pada aturan-aturan
penting di kelas (pasif)
c. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain (revenge
seeking behaviors), misalnya menyakiti orang lain seperti mengata ngatai,
memukul, menggigit, dan sebagainya (kelompok ini tampaknya kebanyakan dalam
bentuk aktif/pasif),
d. Peragaan ketidakmampuan, yaitu dalam bentuk sama sekali
menolak untuk mencoba melakukan apa pun karena yakin bahwa hanya kegagalanlah
yang menjadi bagiannya.
Daftar
Pustaka
Bahri Djamaraq,Syaiful
dan Zain,Aswan.2006.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:Rhineka Cipta
Rukmana,Ade dan
Suryana,Asep. 2006. Pengelolaan Kelas.Bandung: Upi Press
Bahri Dzamarah,Syaiful.
2005.Guru dan Anak Didik Dalam Interaktif Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis
Psikologi. Jakarta:Rhineka Cipta
kak awk nio komentar banyak tpi bko paniang akak dk e bko tu kcek adik akak komen see sangat bermanfaat see
BalasHapusmaterinya bagus
BalasHapusTerima kasih
HapusMaterinya sangat bermanfaat sekali 👍
BalasHapusTerima kasih
Hapus