MANAJEMEN
PEMBELAJARAN
A.Konsep
Manajemen Pembelajaran
Proses pembelajaran
sangat terkait dengan berbagai komponen yang sangat kompleks. Antara komponen
yang satu dengan komponen lainnya memiliki hubungan yang bersifat sistematik,
maksudnya masingmasing komponen memiliki peranan sendiri-sendiri tetapi
memiliki hubungan yang saling terkait. Masing-masing komponen dalam proses
pembelajaran perlu dikelola secara baik. Tujuannya agar masing-masing komponen
tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal ini akan terwujud, jika guru
sebagai desainer pembelajaran memiliki kompetensi manajemen pembelajaran.
Adapun menurut
istilah (terminologi) terdapat banyak pendapat mengenai pengertian manajemen
salah satunya menurut Goerge R.Terry Manajemen adalah suatu proses khas yang
terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan SDM dan
sumber daya lainnya.
Sedangkan menurut Hanry
L.Sisk mendefinisikan Management is the coordination of all resources through the
processes of planning, organizing, directing and controlling in order to attain
stted objectivies. Artinya manajemen adalah Pengkoordinasian untuk semua sumber-sumber melalui proses-proses
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan di dalam ketertiban untuk
tujuan.
Menurut Ibrahim Bafadhal, Manajemen
pembelajaran adalah segala usaha pengaturan proses belajar mengajar dalam
rangka tercapainya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Manajemen
program pembelajaran sering disebut dengan manajemen kurikulum dan
pembelajaran.
Selanjutnya, mengenai
pembelajaran berasal dari kata “instruction” yang berarti “pengajaran”. Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses
interaksi antara anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, dan anak dengan
pendidik.Menurut undang-undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem pendidikan.
Pembelajaran adalah proses interaktif peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar.
Dengan berpijak dari
pernyataan-pernyataan terkait definisi manajemen pembelajaran tersebut, maka
dapat dibedakan antara pengertian manajemen pembelajarandalam arti luas dan
manajemen pembelajaran dalam arti sempit.
Dalam arti luas, Manajemen
pembelajaran adalah serangkaian proses kegiatan mengelola bagaimana
membelajarkan pembelajar peserta didik dengan diawali dengankegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan atau pengendalian, dan
penilaian.Sedangkan Manajemen pembelajaran dalam arti sempit diartikan sebagai
kegiatan yang perlu dikelola pendidik selama terjadinya interaksi dengan
peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran.
Dari beberapa
pengertian diatas dapat dikatakan bahwa manajemen Pembelajaran merupakan usaha
untuk mengelola pembelajaran yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembelajaran serta pengawasan guna mencapai tujuan pembelajaran secara efektif
dan efesien.
B. Tujuan
Manajemen Pembelajaran
Tujuan manajemen
pendidikan erat sekali dengan tujuan pendidikan secara umum, karena manajemen
pendidikan pada hakikatnya merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan
secara optimal. Apabila dikaitkan dengan pengertian manajemen pendidikan pada hakikatnya
merupakan alat mencapai tujuan. Adapun tujuan pendidikan nasional yaitu untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Tujuan pokok
mempelajari manajemen pembelajaran adalah untuk memperoleh cara, teknik dan
metode yang sebaik-baiknya dilakukan, sehingga sumber-sumber yang sangat
terbatas seperti tenaga, dana, fasilitas, material maupun spiritual guna
mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Nanang Fattah
berpendapat bahwa: Tujuan ini tidak tunggal bahkan jamak atau rangkap, seperti
peningkatan mutu pendidikan/lulusanya, keuntungan/profit yang tinggi, pemenuhan
kesempatan kerja membangun daerah/nasional, tanggung jawab sosial.
Tujuan-tujuan ini ditentukan berdasarkan penataan dan pengkajian terhadap
situasi dan kondisi organisasi, seperti kekuatan dan kelemahan, peluang dan
ancaman.
Secara rinci tujuan
manajemen pendidikan antara lain:
a. Terwujudnya suasana belajar dan proses
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM).
b. Teriptanya peserta didik yang aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
c. Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif
dan efisien.
d. Terbekalinya tenaga pendidikan dengan teori
tentang proses dan tugas administrasi pendidikan.
e. Teratasinya masalah mutu pendidikan.
C. Kebijakan
Tentang Manajemen Pembelajaran
Dalam manajemen pembelajaran terdapat
beberapa kebijakan yaitu:
1.
Perencanaan Kebijakan
Perencanaan merupakan usaha
yang dilakukan kepala sekolah untukmengembangkan strategi yang akan
dilaksanakan untuk mengubah kondisi pembelajaran yang lebih efektif dan
efisien.
a.
Peningkatan kualitas guru.
b.
Kegiatan belajar mengajar.
c.
Siswa sebagai pusat.
2.
Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan
merupakan suatu proses pemecahan masalah dengan menentukan pilihan dari
beberapa alternatifuntuk menetapkan suatu tindakan dalam mencapai tujaun yang
diinginkan. Keputusan yang diambil bersifat terstruktur dan tidak terstruktur.
Keputusan yang terstruktur dapat diambil seperti informasi, data, dan fakta
secara lengkap untuk memecahkan masalah sesuai prosedur. Sedangkan keputusan
yang tidak terstruktur merupan keputusan yang diambil seperti data dan
informasi yang tidak tersedia untuk pengambilan keputusan.
3. Kebijakan Sekolah
Membangun komunitas belajar
yang produktif dan memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan bermakna
adalah tujuan utama pengajaran. Sebaliknya guru-guru yang efektif menerapkan
berbagai sebuah aspek permanen kelasnya yang kebutuhan psikologis siswam-
siswanya terpenuhi bahwa mereka menemukan kegiatan belajar yang menarik dan
bermakna serta mereka yakin akan berhasil.
D. Peran Guru Dalam
Manajemen Kelas
Manajemen kelas
adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang
optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan
Manajemen kelas adalah usaha guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi
yang memungkinkan pengelolaan pengajaran dapat berlangsung dengan berhasil
(Suparta, dkk. 2002:205). Menurut Fathurrohman (2007:103) dalam pengertian yang
lain dikemukakan bahwa manajemen kelas merupakan suatu proses seleksi tindakan
yang dilakukan guru dalam fungsinya sebagai penanggungjawab kelas dan seleksi
penggunaan alat-alat belajar yang tepat sesuai dengan masalah yang ada dan karakteristik
kelas yang dihadapi.
Jadi, manajemen kelas
sebenarnya upaya mendayagunakan seluruh potensi kelas baik sebagai komponen
utama pembelajaran maupun komponen pendukungnya.
Salah satu tugas guru sebagai pendidik di
sekolah adalah sebagai menajer. Seorang guru harus mampu memimpin kelasnya agar
tercipta pembelajaran yang optimal. Fasilitas dan kondisi kelas merupakan salah
satu factor yang mempengaruhi hasil belajar siswa.
Menurut Padmono
(2011, 23) fasilitas kelas (instrumental input) berkaitan erat dengan
terciptanya lingkungan belajar (environmental in put) kondusif sehingga murid
dengan senang dan sukarela belajar. Penataan fasilitas dapat menjadi pendorong
jika diorganisir secara baik. Di sinilah peran guru SD dapat terlihat, adapun
peran guru dalam memenejemen kelas agar tercipta pembelajaran yang efektif
sebagai berikut:
1.
Peran
guru dalam pengorganisasian kelas
Organisasi kelas yang tepat akan mendorong
terciptanya kondisi belajar yang kondusif. Pengorganisasian kelas ini pada
dasarnya bersifat lokal, artinya organisasi kelas tergantung guru, kelas,
murid, lingkungan kelas, besar ruangan, penerangan, suhu, dan sebagainya. Kita
ketahui pada saat ini penataan kelas secara tradisional yang menempatkan satu
meja guru berhadapan dengan meja kursi siswa. Kelas yang ditata secara
tradisional tersebut menempatkan guru sebagai pusat kegiatan dan sentra
perhatian murid tampak sebagai objek pengajaran bukan sebagai subjek yang
belajar. Akibatnya aktivitas sebagian besar dilakukan guru sedang murid hanya
pasif menerima.
a.
Kelas
terbuka
Kelas dapat terdiri dari siswa dengan
berbagai tingkat kelas berbeda. Pelaksanaan model ini dapat dilaksanakan di
Indonesia, jika jadwal pelajaran kelas 1 sampai kelas 6 sama atau diterapkan di
kelas tinggi saja. Misalnya: pada waktu jam pelajaran Bahasa Indonesia, maka
seluruh guru mengajar pelajaran tersebut, sedang siswa masuk ke kelas di mana
siswa menguasai tingkatan yang dicapai. Dengan demikian ada siswa pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia masuk kelas III, tetapi pada waktu Matematika masuk
kelas IV, dan mungkin pada pelajaran IPS ke kelas V. Konsep ini mengikuti perkembangan
masing-masing individu.
b.
Kelas dua
tingkat
Konsep ini dilaksanakan dengan cara seorang
guru menghadapi kelompok siswa yang berbeda kelas tetapi berdekatan, misalnya:
kelas I dan II, II dan III, III dan IV, dan seterusnya.
c.
Kelas
awal
Pembelajaran dengan pendekatan integral atau
terpadu dengan kehidupan anak pada tahap pelaksanaannya menerpadukan berbagai
konsep, topic, bahan pelajaran dengan mengurangi sedikit mungkin
pemisahan-pemisahan secara artificial, bila dimungkinkan guru tidak melabel
bahan kajian dalam mata pelajaran-mata pelajaran. Pembelajaran dikemas menjadi
satumodel pembelajaran yang utuh sehingga pemaknaan terhadap bahan kajian
menjadi alami.
Hal ini terjadi karena anak belajar secara
keseluruhan dalam hubungan dengan kehidupan akan lebih mudah dibanding belajar
dengan pemisahan-pemisahan secara artifisial yang tak bermakna.
2.
Peran
guru dalam pengaturan tempat duduk
Penataan kelas sebagaimana diuraikan pada
pengorganisasian kelas ditata fleksibel yang mudah diubah sesuai pembelajaran
yang akan dikembangkan guru. Penataan tempat duduk dapat berbentuk :
a.
Seating
chart
Penempatan murid dalam kelas dibuat suatu
denah yang pada satu periode waktu tertentu dapat diubah sesuai tuntunan
pembelajaran yang sedang dikembangkan oleh guru, sehingga perkembangan dan
pertumbuhan murid tidak terganggu. Penataan tempat duduk yang didesain dalam
chart dapat digambar sendiri oleh murid atau sekelompok murid secara bergilir,
sehingga keterbatasan penataan tempat duduk secara tradisional ini dapat
diminimalkan pengaruh buruknya.
Penataan dan gambar desain dilaksanakan
secara bergilir, sehingga setiap kelompok mempu menuangkan idenya dan
mengembangkan iklim demokrasi di kelasnya, sehingga sikap menghargai pendapat
orang lain dengan menghilangkan pandangan mereka sendiri.
b.
Melingkar
Model duduk seperti ini dapat digunakan guru
dalam pembelajaran diskusi kelompok, sehingga ada modifikasi untuk
menghilangkan kejenuhan siswa.
c.
Tapal
kuda
Model ini sesuai untuk melaksanakan diskusi
kelas yang dipimpin oleh guru atau ketua diskusi yang dipilih siswa. Diskusi
kelas akan meningkatkan keberanian dibanding keberanian yang hanya muncul pada
kelompok kecil.
3.
Peran
guru dalam pengaturan alat-alat pelajaran
Alat-alat pelajaran dapat klasifikasikan menjadi
beberapa kelompok, antara lain: Menurut kedudukannya; alat pelajaran dibedakan
atas permanen dan tidak permanen. Permanen jika alat pelajaran tersebut
diletakkan di kelas secara terus menerus, misalnya: listrik, papan tulis, dan
sebagainya.
Alat pelajaran tidak permanen atau yang
bergerak (movable) yaitu alat pelajaran yang dapat dipindah, misalnya: kursi,
OHP, mesin-mesin, peta, dan sebagainya. Menurut fungsinya; a) alat untuk
menulis; kapur, papan tulis, pensil, dan lain-lain; b) alat-alat lukis; jangka,
meter, segitiga, buku.
Alat-alat pelajaran tersebut tidak perlu
disimpan ditempat khusus, tetapi cukup diatur di dalam kelas, sehingga bila
sewaktu-waktu digunakan akan cepat.
4.
Peran
guru dalam pemeliharaan keindahan ruangan kelas
Motto yang menyatakan “bersih adalah sehat
dan rapi adalah indah” merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri. Setiap
manusia memiliki cita rasa keindahan walaupun derajat keindahannya berbeda.
Keindahan akan memberikan rasa nyaman dan membuat anak betah tinggal di tempat
tersebut. Kelas yang diharapkan mengundang anak untuk betah berada di dalamnya
hendaknya dijaga kebersihan dan keindahannya. Guru memiliki peran untuk
mengorganisir siswanya agar dapat mendesain kelasnya menjadi kelas yang indah.
Keindahan dapat dicapai dengan beberapa cara, yaitu: (a) menata ruangan menjadi
rapi, misalnya; menata alat pelajaran sesuai kelompoknya, menata buku sesuai
tinggi buku, tebal buku, dan kelompok buku, penataan alat pelajaran permanent
yang sesuai dengan ruangan. Desain interior yang harmonis akan merangsang anak
untuk tenggelam dalam suasana akademik (Immersion). Anak yang tenggelam dalam
lautan ilmu pengetahuan akan mengalami pembelajaran secara alamiah, nyata,
langsung, dan bermakna, (b) penataan meja guru, gambar-gambar merupakan factor
pendukung tercapainya ruangan yang rapid an indah.
5.
Cahaya,
Ventilasi, Akustik dan Warna
Kelas yang terlalu terang atau terlalu gelap
kurang mendukung pembelajaran. Anak SD berada pada tahap perkembangan yang
menentukan, untuk itu menjaga kesehatan anak merupakan salah satu tugas
managemen kelas oleh guru (Suharsimi Arikunto, 1989: 77).
Kelas harus cukup memiliki ventilasi untuk
pertukaran udara sehingga anak merasa sejuk dan nyaman tinggal di kelas. Guru
sering kurang menyadari ruangan yang terang tetapi jendela tidak dibuka serta
kurangnya ventilasi menjadikan suara guru bergema, akibatnya anak kurang mampu
memusatkan perhatian pendengarannya pada suara guru, sebab terganggu oleh gema
suara. Untuk itu disamping membuka jendela digunakan untuk pertukaran udara,
maka juga berfungsi sebagai sarana untuk mengurangi gema. Warna disamping
memiliki arti juga membawa kesan terhadap orang yang melihat. Dinding sekolah
atau kelas berpengaruh terhadap siswa. Pemilihan warna sering tidak melibatkan
guru apalagi murid, sehingga kadang guru sendiri tidak betah tinggal di
kelasnya.
6.
Pola
Tingkah Laku Guru dalam Pengelolaan Kelas
Sejak lahirnya pekerjaan mengajar, saat itu
pulalah muncul istilah guru, meskipun tidak bersifat formal. Saat itupun telah
dimulai upaya peningkatan hasil belajar peserta didik, baik secara sederhana
sampai upaya peningkatan secara metodis. Berbagai komponen pembelajaran selalu
memperoleh sorotan: guru, siswa, kurikulum, dan berbagai infra strukturnya.
Memperhatikan peranan guru, berikut dapat diuraikan pola tingkah laku guru
dalam pengelolaan kelas sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan (Satori,
2008: 78).
E. Kode
Etik Guru
1. Guru
berbakti membimbing peserta didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan
dan berjiwa Pancasila.
2. Guru
memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan
kebutuhan peserta didik masing-masing.
3. Guru
berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk
penyalahgunaan.
4. Guru
menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua
murid sebaik-baiknya bagi kepentingan peserta didik.
5.
Guru
memelihara hubungan dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun masyarakat
yang luas untuk kepentingan pendidikan.
6. Guru
secara pribadi dan bersama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu
profesinya.
7. Guru
menciptakan dan memelihara hubungan antar sesama guru baik berdasarkan lingkungan
maupun di dalam hubungan keseluruhan.
8. Guru
secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu organisasi PGRI
sebagai sarana perjuangan dan pengabdiannya.
9. Guru
melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan.
Daftar Rujukan
Hall
E.Gene,Quinn F.Lind.2008.Mengajar dan Senang.Jakarta:PT.Indeks
Gullo,
W.2002.Strategi Belajar-Mengajar.Jakarta:Gramedia Widiasarana
Nanang
Fattah.2004.Landasan Manajemen Pendidikan.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
Arikunto,
S. (1989). Managemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta
Soetjipto dan Kosasi.
1999. The Teaching Profession . Jakarta: Rineka Cipta
Triwiyanto,Teguh.2015.Curiculum Management and Learning. Jakarta:Bumi Aksara
Assalamualaikum rani... Sarah mau bertanya kepada rani... Apakah pengelolaan kelas dengan management di kelas itu sama?
BalasHapusMohon penjelasannya yah 🙏
Waalaikumsalam sarah... Pengelolaan kelas dan management kelas itu adalah sama karena menejemen kelas atau pengelolaan kelas dapat kita pahami bahwa merupakan kegiatan yang berupaya menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar.
HapusMaterinya sangat membantu dalam pembuatan makalah ��
BalasHapusTerimakasih
HapusMateri nya sangat bermanfaat
BalasHapusTerima kasih
HapusAssalamualaikum,saya ingin bertanya kepada saudari rani,tlong saudari sebutkan peran guru dalam pembelajaran
BalasHapusPeran guru dalam pembelajaran ada dalam UU no. 14 tahun 2005 “adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”
HapusTerimakasih telah mambagi ilmunya
BalasHapusIni sangat bermanfaat
Terima kasih
HapusAssalamualaikum rani,
BalasHapusTerimakasih atas materinya,
Disini saya mau bertanya
Apa yang terjadi jika guru tidak menjalankan kode etik dalam mengajar ?
Bagus, sangat bermanfaat
BalasHapusTerima kasih
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusCoba anda jelaskan Kenapa guru harus memiliki kode etik?
BalasHapusawak nio komentar tpi maleh lai kak a tdi lai nio wk komentar tu pas wk ketik maleh see
BalasHapusTerima kasih
BalasHapus