PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN KELAS
A.
Prinsip
Manajemen Kelas
Pengelolaan kelas mengandung pengertian yaitu, proses
pengelolaan kelas untuk menciptakan suasana dan kondisi kelas yang memungkinkan
siswa dapat belajar secara efektif. Sedangkan prinsip dasar pengelolaan kelas
adalah pegangan atau acuan yang dimiliki sebagai pokok dasar berfikir atau
bertindak bagi seorang pendidik dalam usaha menciptakan dan memelihara kondisi
belajar yang optimal serta mengembalikan kondisinya bila terjadi gangguan dalam
proses pembelajaran. Tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak dapat
bekerja dengan tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran yang efektif.
Setidaknya ada enam prinsip yang harus dipahami oleh guru dalam pelaksanaan
kegiatan manajemen kelas yang efektif, yaitu sebagai berikut:
1. Hangat
dan antusias
Guru
sebagai seorang manajer kelas dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar
hendaknya harus dapat memunculkan dua tahap, yaitu sikap hangat dan antusias.
Guru yang bersikap hangat dan antusias idak hanya disenangi oleh peserta didik,
melainkan pula akan menjadi guru yang tidak akan pernah terlupakan bagi mereka
(unforgetable teacher). Sikap hangat akan sangat mungkin dimunculkan apabila
seorang guru mau dan mampu menjalin ikatan emosional dengan peserta didik. ada
beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk membangn ikatan emosional
antara guru dengan peserta didik, antara lain sebagai berikut:
a) Tidak segan untuk
menyapa peserta didik terlebih dahulu
b) Membiasakan diri untuk
berjabat tangan dengan peserta didik
c) Membuka komunikasi
dengan peserta didik
d) Memperlakukan peserta
didik sebagai manusia yang sederajat
2. Tantangan
Kemampuan
guru untuk memberikan tantangan kepada peserta didiknya dapat menngkatkan
semangat belajar mereka sehingga mereka sehingga hal itu dapat mengurangi
kemungkinan munculnya perilaku yang menyimpang. Dalam hal ini dibutuhkan
kecakapan dari seorang guru sebagai manajer kelas agar dapat mengemas mata
pelajaran yang diajarkan supaya dapat memunculkan perasaan tertantang pada diri
peserta didik. Berikut ini beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru
dalam memberikan tantangan kepada peserta didik:
a. Melakukan
evaluasi sederhana secara berkala setiap minggu
b. Mengaitkan
materi pelajaran dengan berbagai fakta di lapangan
c. Mengajarkan
keterampilan hidup dalam kegiatan belajar keada peserta didik
3. Bervariasi
Dalam
kegiatan belajar-mengajar di kels, variasi gaya mengajar guru sangatlah
dibutuhkan karena dapat menghindari kejenuhan dan kebosanan. Jika peserta didik
sudah jenuh dan bosan, dapat dipastikan jalannya transformasi pengetahuan dan
transformasi nilai tidak dapat dierima secara maksimal jadi, seorang guru harus
menguasai variasi gaya mengajar. Tujuan dari variasi gaya mengajar antara lain:
a. Untuk
menarik dan meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi pelajaran;
b. Memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembngkan bakat dan minatnya terhadap
mata pelajaran yang diajarkan;
c. Menanamkan
perilaku yang positif pada peserta didik dalam kegiatan belajar-mengajar;
d. Memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuannya.
4. Keluwesan
Keluwesan
berasal luwes. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, luwes diartikan sebagai
sesuatu yang pantas, menarik, tiak kaku, tidak canggung, dan mudah
menyesuaikan. Sementara keluwesan adalah perbuatan yang luwes. Keluwesan dalam
konteks manajemen kelas merupakan keluwesan perlaku guru untuk mengubah metode
mengajar sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan kondisi kelas untuk menecegah
kemungkinan munculnya gangguan belajar pada peserta didik serta untuk
menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif dan efektif.
5. Penekanan
pada hal-hal yang positif
Pada
dasarnya mengajar dan mendidik menekankan pada hal-al yang positif dan menghindari
pemusatan peserta didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan pada hal yang
positif, yaitu penekanan yang dilakukan oleh guru terhadap perilaku peserta
didik yang positif. Penekanan tersebut daat dilakukan oleh guru dengan
memberikan penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk menghindari
kesalahan yang dapat mengganggu jalannya kegiatan belajar-mengajar.
Komentar-komentar
yang positif dapat diberikan oleh guru kepada peserta didik yang berperilaku
positif. Banyak peserta didik yang merasa percaya diri akan performa dan
kemampuan mereka dengan komentar tersebut. Itulah guru harus menghindari
penggunaan komentar yang negatif. Guru harus selektif dalam menggunakan
kata-kata dan berbicara dengan peserta didik di dalam kelas.
6. Penanaman
disiplin diri
Tujuan
akhir dari kegitan manajemen kelas adalah menjadikan peserta didik dapat
mengembangkan disiplin pada diri sendiri sehingga tercipta iklim belajar yang
kondusif di dalam kelas. Itulah sebabnya guru diharapkan dapat memotivasi
peserta didiknya untuk melaksanakan disiplin diri dan menjadi teladan dalam
pengendalian diri serta pelaksanaan tanggung jawab. Secara etimologi, kata
disiplin berasal dari bahasa Latin, yaitu disciplina dan discipulus yang berari
perintah dan peserta didik. jadi, disiplin adalah perintah yang diberikan oleh
guru kepada peserta didiknya. Perintah tersebut diberikan kepada peserta didik
agar ia mau melakukan apa yang diinginkan oleh guru.
Kemudian
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin diartikan dengan tata tertib,
ketaatan dan bidang studi. Tata tertib merupakan peraturan yang harus ditaati.
Jika ada yang tidak menaati, si pelanggar akan mendapat hukuman. Inilah
sebabnya pada umumnya orang seing mengaitkan antara disiplin dengan peraturan
hukuman.
Oleh
karena itu, mendidik peserta didik du/ disiplin harus dilakukan sepanjang
waktu. Salah satu metode yang efektif adalah dengan menggunakan metode
keteladanan. Guru harus bisa menjadi model bagi peserta didiknya dengan
memberikan contoh perilaku yang positif, baik di kelas, di sekolah, maupun di
lingkungan masyarakat. Misalnya, guru datang 30 ke kelas tepat waktu, guru
berpakaian sopan, berbicara dengan bahasa yang santun, dan lain sebagainya.
B.
Permasalahan
Dalam Prinsip Manajemen Kelas
Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu yang
bersifat perorangan atau individual dan yang bersifat kelompok. Disadari bahwa
masalah perorangan atau individual dan masalah kelompok seringkali menyatu dan
amat sukar dipisahkan yang satu dari yang lain. Namun demikian, pembedaan
antara kedua jenis masalah itu akan bermanfaat, terutama apabila guru ingin
mengenali dan menangani permasalahan yang ada dalam kelas yang menjadi
tanggungjawabnya.
Masalah
pengelolaan kelas tersebut, yaitu :
1. Masalah
Individual :
Penggolongan
masalah individual ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah laku
manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Setiap individu memiliki
kebutuhan dasar untuk memiliki dan untuk merasa dirinya berguna. Jika seorang
individu gagal mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya berharga maka dia
akan bertingkah laku menyimpang. Ada empat jenis penyimpangan tingkah laku,
yaitu :
a. Pola
perilaku mencari perhatian
Seorang
siswa yang gagal menemukan kedudukan dirinya secara wajar dalam suasana
hubungan sosial yang saling menerima biasanya (secara aktif ataupun pasif)
bertingkah laku mencari perhatian orang lain. Tingkah laku destruktif pencari
perhatian yang aktif dapat dijumpai pada anak-anak yang suka pamer,
melawak(memperolok), membuat onar, memperlihatkan kenakalan, terus menerus
bertanya; singkatnya, tukang rewel. Tingkah laku destruktif pencari perhatian
yang pasif dapat dijumpai pada anak-anak yang malas atau anak-anak yang terus
meminta bantuan orang lain.
b. Pola
perilaku menunjukkan kekuatan/kekuasaan
Tingkah
laku mencari kekuasaan sama dengan perhatian yang destruktif, tetapi lebih
mendalam. Pencari kekuasaan yang aktif suka mendekat, berbohong, menampilkan
adanya pertentangan pendapat, tidak mau melakukan yang diperintahkan orang lain
dan menunjukkan sikap tidak patuh secara terbuka. Pencari kekuasaan yang pasif
tampak pada anak-anak yang amat menonjolkan kemalasannya sehingga tidak
melakukan apa-apa sama sekali. Anak-anak ini amat pelupa, keras kepala, dan
secara pasif memperlihatkan ketidakpatuhan.
c. Pola
perilaku menunjukkan balas dendam
Siswa
yang menuntut balas mengalami frustasi yang amat dalam dan tidak menyadari
bahwa dia sebenarnya mencari sukses dengan jalan menyakiti orang lain.
Keganasan, penyerangan secara fisik (mencakar, menggigit, menendang) terhadap
sesama siswa, petugas atau pengusaha, ataupun terhadap binatang sering
dilakukan anak-anak ini. Anak-anak seperti ini akan merasa sakit kalau
dikalahkan, dan mereka bukan pemain-pemain yang baik (misalnya dalam
pertandingan). Anak-anak yang suka menuntut balas ini biasanya lebih suka
bertindak secara aktif daripada pasif.
d. Peragaan ketidakmampuan
Siswa
yang memperlihatkan ketidakmampuan pada dasarnya merasa amat tidak mampu
berusaha mencari sesuatu yang dikehendakinya (yaitu rasa memiliki) yang
bersikap menyerah terhadap tantangan yang menghadangnya; bahkan siswa ini
menganggap bahwa yang ada dihadapannya hanyalah kegagalan yang terus menerus.
Perasaan tanpa harapan dan tidak tertolong lagi ini biasanya diikuti dengan
tingkah laku mengundurkan atau memencilkan diri. Sikap yang memperlihatkan
ketidakmampuan ini selalu berbentuk pasif.
Keempat
masalah individual tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan atau
perilaku menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi
juga dapat merugikan orang lain atau kelompok.
2. Masalah
Kelompok
Dikenal
adanya tujuh masalah kelompok dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas:
a. Kurangnya
kekompakan
Kurangnya
kekompakan kelompok ditandai dengan adanya kekurang-cocokkan (konflik) diantara
para anggota kelompok. Konflik antara siswa-siswa dari kelompok yang berjenis
kelamin atau bersuku berbeda termasuk kedalam kategori kekurang-kompakan ini.
Dapat dibayangkan bahwa kelas yang siswa-siswa tidak kompak akan beriklim tidak
sehat yang diwarnai oleh adanya konflik, ketegangan dan kekerasan. Siswa-siswa
di kelas seperti ini akan merasa tidak senang dengan kelompok kelasnya sehingga
mereka tidak merasa tertarik dengan kelas yang mereka duduki itu. Para siswa
tidak saling bantu membantu.
b. Kekurangmampuan
mengikuti peraturan kelompok
Jika
suasana kelas menunjukkan bahwa siswa-siswa tidak mematuhi aturan-aturan kelas
yang telah ditetapkan, maka masalah yang kedua muncul, yaitu kekurang-mampuan
mengikuti peraturan kelompok. Contoh-contoh masalah ini ialah berisik;
bertingkah laku mengganggu padahal pada waktu itu semua siswa diminta tenang;
berbicara keras-keras atau mengganggu kawan padahal waktu itu semua siswa
diminta tenang bekerja di tempat duduknya masing-masing; dorong-mendorong atau
menyela waktu antri di kafetaria dan lain-lain.
c. Reaksi
negatif terhadap sesama anggota kelompok
Reaksi
negatif terhadap anggota kelompok terjadi apabila ekspresi yang bersifat kasar
yang dilontarkan terhadap anggota kelompok yang tidak diterima oleh kelompok itu,
anggota kelompok yang menyimpang dari aturan kelompok atau anggota kelompok
yang menghambat kegiatan kelompok. Anggota kelompok dianggap “menyimpang” ini
kemudian “dipaksa” oleh kelompok itu untuk mengikuti kemauan kelompok.
d. Penerimaan
kelas (kelompok) atas tingkah laku yang menyimpang.
Penerimaan
kelompok (kelas) atas tingkah laku yang menyimpang terjadi apabila kelompok itu
mendorong timbulnya dan mendukung anggota kelompok yang bertingkah laku
menyimpang dari norma-norma sosial pada umumnya. Contoh yang amat umum ialah
perbuatan memperolok-olokan (memperlawakkan), misalnya membuat gambar-gambar
yang “lucu” tentang guru. Jika hal ini terjadi maka masalah kelompok dan
masalah perorangan telah berkembang dan masalah kelompok kelihatannya lebih
perlu mendapat perhatian.
e. Kegiatan
anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan,
berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang (anggota)
lainnya saja.
Masalah
kelompok anak timbul dari kelompok itu mudah terganggu dalam kelancaran
kegiatannya. Dalam hal ini kelompok itu mereaksi secara berlebihan terhadap
hal-hal yang sebenarnya tidak berarti atau bahkan memanfaatkan hal-hal kecil
untuk mengganggu kelancaran kegiatan kelompok itu. Contoh yang sering terjadi
ialah para siswa menolak untuk melakukan karena mereka beranggapan guru tidak
adil. Jika hal ini terjadi, maka suasana diwarnai oleh ketidaktentuan dan
kekhawatiran.
f. Ketiadaan
semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes.
Masalah
kelompok yang paling rumit ialah apabila kelompok itu melakukan protes dan
tidak mau melakukan kegiatan, baik hal itu dinyatakan secara terbuka maupun
terselubung. Permintaan penjelasan yang terus menerus tentang sesuatu tugas,
kehilangan pensil, lupa mengerjakan tugas rumah atau tugas itu tertinggal di
rumah, tidak dapat mengerjakan tugas karena gangguan keadaan tertentu, dan
lain-lain merupakan contoh-contoh protes atau keengganan bekerja. Pada umumnya
protes dan keengganan seperti itu disampaikan secara terselubung dan
penyampaian secara terbuka biasanya jarang terjadi.
g. Ketidakmampuan
menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan
Ketidak-mampuan
menyesuaikan diri terhadap lingkungan terjadi apabila kelompok (kelas) mereaksi
secara tidak wajar terhadap peraturan baru atau perubahan peraturan, pengertian
keanggotaan kelompok, perubahan peraturan, pengertian keanggotaan kelompok,
perubahan jadwal kegiatan, pergantian guru dan lain-lain.
C.
Kebijakan
Tentang Prinsip Manajemen Kelas
Pemecahan masalah merupakan proses mental yang meliputi tiga aspek besar
yaitu menemukan, merumuskan, menerapkkan solusi masalah. Pemecahana masalah
merupakan fungsi intelektual paling kompleks dari semua fungsi intelektual
tinggi manusia atau proses kognitif yang memerlukan kontrol dan keterampilan
fundamental
Adapun langkah-langkah pemecahan masalah atau tahapan pemecahan
masalah antara lain :
a. Mengidentifikasi
dan mendefinisikan Masalah
Proses
memecahkan masalah sebaiknya diawali dengan mendefinisikan masalah yang
ingin dipecahkan. kita perlu memutuskan apa yang
ingin kita capai dan menuliskannya. Langkah menuliskan masalah
memaksa kita untuk berpikir tentang apa yang
sebenarnya kita juga menuliskan cara untuk memecahkan merumuskan apa
sesungguhnya yang ingin kita capai.
b. Menganalisis
Masalah
Langkah
berikutnya dalam proses menganalisis, di mana kita sesungguhnya
sekarang? Apa yang ingin kita capai? Apa sesungguhnya yang
menyebabkan kitapunya masalah? Memahami “dari mana masalah itu datang?”
Apakah masalah itu relevan dengan perkembangan kehidupan saat ini?.
Apakah kita memiliki perangkat kriteria yang digunakan untuk
mengevaluasi solusi? atau Tahukah kita bahwa ide itu dapat
dikerjakan? Apakah kita dapat memprediksi waktu yang dihabiskan untuk
memecahkan masalah itu? Berapa lama?.
c. Merumuskan Alternatif
Solusi Pemecahan Masalah
Bila Anda
telah menemukan masalah yang sebenarnya ingin Anda pecahkan, maka langkah
selanjutnya pikirkan apa yang harus “ Anda lakukan?” Berpa banyak
kemungkinannya? Pada tahap ini Anda harus berkonsentrasi untuk
menghasilkan banyak solusi. Semakin banyak pilihan semakin banyak informasi
yang Anda dapatkan.
Daftar
Pustaka
Suharsimi
Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta
: PT Rineka Cipta,
1990
Syaiful Bahri dan Aswan
Zain, 2006, Strategi Belajar Mengajar,Jakarta: PT Rineka
Mulyasa, 2005, Menjadi
Guru Profesional, Bandung: PT Rosda Karya.
Tolong jelaskan guru yang seperti apakah yang hangat dan antusias tersebut
BalasHapusDalam penerapannya, kekhasan guru dalam menerapkan prinsip hangat dan antusias, meliputi berbicara hal-hal positif, selalu memberikan nasehat, membimbing siswa yang belum menguasai materi, memperhatikan tiap siswa, memberikan kenyamanan siswa melalui bernyanyi dan bermain tepuk, serta berpenampilan menarik dan ceria.
HapusMaterinya sangat bagus
BalasHapusTerima kasih
Hapusmateri makalah nya bagus dan sangat bermanfaat
BalasHapusTerima kasih
Hapuskak saya mau bertanya juga, judul nya kan prinsip-prinsip manajemen kelas
BalasHapusmanajemen kelas seperti apakah yang ingin kakak bentuk jika nanti kakak jdi seorang guru
Materinya sangat bermanfaat sekali 👍
BalasHapusTerima kasih
Hapus